Don't Forget to Leave Comment


Jumat, 17 Januari 2014

Ketua RT (Pahlawan tanpa tanda jasa)

Ketua RT (Pahlawan tanpa tanda jasa)

Kalau semua orang besar di negeri ini berebut ingin menjadi Kepala Negara,Gubernur Bank,Bupati atau ini itu mungkin inilah satu-satunya profesi yang tidak pernah diperebutkan dan dicita-citakan penduduk negeri ini adalah jadi ketua RT karena banyak yang beranggapan bawaha menjadi ketua RT itu merepotkan dan tidak digaji begitu rata-rata alasan dari semua penduduk. Sampai-sampai dulu di kampung saya ada istilah ketua RT seumur hidup karena selain pak RT kami dianggap sebagai penduduk lama dan tertua juga karena para penduduk yang usianya relatif lebih muda banyak yang enggan. Beda kalau jadi ketua RW seperti di kawasan lokalisasi Putat Jaya atau Dolly Surabaya. Disana malah ada adu baliho dan poster layaknya Pemilu kepala daerah dan negara. Karena konon pak RW disana dapat penghasilan dari wisma-wisma yang berada di lingkungannya.
            Bagaimana tidak repot kalau enak-enak tidur malam rumah diketuk karena ada warga meninggal, pas mau ngantor ada yang minta surat pengantar ke kelurahan mengurus kelahiran, pindah rumah, atau mau menikah. Belum lagi kalau ada warga yang ribut selalu saja ketua RT jadi mediatornya, arisan warga, beras raskin, tujuh belasan dan seabreg pekerjaan lainnya. Pendek kata ketua RT itu seperti Utility Player dalam sepakbola. Kadang jadi playmaker, tapi bisa juga jadi striker atau stopper pada kondisi tertentu. Memimpin rapat oke, memimpin kerja bakti monggo, memimpin demo juga ayo. Lucunya kalau pas ada urusan beginian para warga tidak pernah ada yang respek dengan ketua RT. Bahkan pujian pun jarang diberikan. Tetapi giliran ada beras raskin hilang, uang kas sosial nggak jelas, atau ada janda yang hamil tiba-tiba semua menunjuk hidung ketua RT yang tidak becus memimpin.
 Dulu sebelum keruntuhan rezim Soeharto pernah ada desas-desus penggajian ketua RT sebagai stimulus agar ‘profesi’ yang satu ini tidak sepi peminat. Bahkan semua perangkat kampung mulai Ketua RT, Sekretaris sampai Bendahara akan kecipratan ‘uang lelah’. Tapi isu tetaplah isu, jangankan uang lelah bentuk uangnya pun sampai sekarang cuma ‘ngimpi’. Mungkin karena alasan itulah ada juga beberapa oknum RT nakal yang akhirnya memainkan kewenangannya asal dapat uang lelah. Walhasil dengan beberapa rupiah saja seorang teman asal kabupaten Malang pernah memamerkan 3 KTP dari Probolinggo, Balikpapan dan kotamadya Malang  hasil nembak. Bahkan ada seorang WNA Bangladesh yang tidak jelas asal-usulnya tiba-tiba bisa menikah di Surabaya karena mengantongi KTP dari Sampang, Madura. Benar-benar aneh bin ajaib.
            Meskipun kelihatannya remeh tapi sesungguhnya tugas ketua RT itu begitu mulia dan kemungkinan hanya ada satu-satunya didunia. Fungsinya paling tidak bisa menjadi filter pertama dalam administrasi kependudukan, penggerak pembangunan bangsa di sektor kemasyarakatan bahkan leader masyarakat dalam memantau gerakan mencurigakan seperti teroris atau jaringan narkoba di lingkungannya. Jadi mungkin tak berlebihan jika bukan hanya guru yang bisa kita sebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa dan layak diberi label guru teladan dalam beberapa event. Tapi selayaknya jabatan ketua RT semestinya bisa mendapatkan penghargaan serupa semisal Ketua RT Teladan Indonesia atau Ketua RT Idol. Sehingga jabatan ketua RT kelak bukan lagi jabatan untuk orang yang banyak menganggur di rumah tapi benar-benar jabatan non politik yang bisa membawa perubahan dari dasar sosial kemasyarakatan. Artinya seseorang bisa turut mengisi pembangunan dengan menjadi Pak atau Bu RT atau bisa juga menangguk pahala dari pelayanannya terhadap warga. So,ada yang siap jadi ketua RT?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar