NILAI MONOZUKURI: Dapat Diadopsi IKM Berbasis Budaya
JAKARTA--Nilai-nilai produksi barang di Jepang yang biasa dikenal dengan Monozukuri dapat diadopsi oleh industri kecil dan menengah (IKM) di Indonesia, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar internasional.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ), Rachmat Gobel, IKM di Indonesia khususnya yang berbasis budaya, memiliki potensi besar di pasar dunia, misalnya saja industri pembuatan kain tenun, songket, dan batik.
"Jepang memiliki nilai monozukuri yang membuat IKM bisa terus bertahan dan berinovasi selama berabad-abad. Kita bisa belajar dari mereka sehingga produk budaya kita bisa digemari di pasar lokal dan internasional," jelasnya, Kamis (7/2).
Monozukuri sendiri, berasal dari kata mono yang berarti produk dan zukuri yang berarti proses pembuatan atau penciptaan.
Menurut Ketua Umum Perhimpunan Persahabatan Indonesia Jepang (PPIJ), Rachmat Gobel, IKM di Indonesia khususnya yang berbasis budaya, memiliki potensi besar di pasar dunia, misalnya saja industri pembuatan kain tenun, songket, dan batik.
"Jepang memiliki nilai monozukuri yang membuat IKM bisa terus bertahan dan berinovasi selama berabad-abad. Kita bisa belajar dari mereka sehingga produk budaya kita bisa digemari di pasar lokal dan internasional," jelasnya, Kamis (7/2).
Monozukuri sendiri, berasal dari kata mono yang berarti produk dan zukuri yang berarti proses pembuatan atau penciptaan.
Namun demikian, konsep ini mengandung makna yang jauh lebih luas dari arti harafiahnya. Kata monozukuri juga mengandung semangat jiwa untuk mencipta produk unggul dan kemauan untuk terus menyempurnakan proses dan sistem produksinya.
Dalam seminar The Longetivity Secret of Furoshiki Business yang diadakan PT Bank Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PPIJ, Kamis (7/2), semangat monozukuri tersebut ditularkan oleh CEO Eirakuya, Ihee Hosotsuji, yang menjadi generasi ke 14 pengelola perusahaan keluarga berbasis budaya tekstil di Jepang.
"Tantangan dan masa-masa sulit tentu pernah kami rasakan, namun pada prinsipnya kita bekerja untuk berkontribusi pada masyarakat, bukan semata-mata untuk uang," kata Hotsotsuji.
Dalam seminar The Longetivity Secret of Furoshiki Business yang diadakan PT Bank Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk dan PPIJ, Kamis (7/2), semangat monozukuri tersebut ditularkan oleh CEO Eirakuya, Ihee Hosotsuji, yang menjadi generasi ke 14 pengelola perusahaan keluarga berbasis budaya tekstil di Jepang.
"Tantangan dan masa-masa sulit tentu pernah kami rasakan, namun pada prinsipnya kita bekerja untuk berkontribusi pada masyarakat, bukan semata-mata untuk uang," kata Hotsotsuji.
KOMENTAR
Nilai Monozukuri ini memang bagus dan dapat kita adaptasikan ke negara Indonesia, karena di Indonesia banyak adanya IKM yang berbasis budaya yang menjual hasil budaya Indonesia seperti dalam industri pembuatan kain tenun, songket, dan batik, coba bayangkan apabila hasil budaya kita dapat dikenal sampai mancanegara dan dapat menarik perhatian di pasar internasional, pasti permintaan terhadap kain tersebut semakin meningkat, meskipun prinsip ini berkontribusi pada masyarakat, tetapi pendapatan negara pun akan bertambah, pertumbuhan perekonomian di Indonesia pun meningkat serta pengangguran pun teratasi karena apabila banyak para IKM yang untung dalam menerapkan prinsip ini, maka akan banyak muncul IKM baru yang ingin merintis usaha menggunakan prinsip ini. Jika Monozukuri berhasil diterapkan, pasti para IKM lebih memiliki semangat untuk menciptakan produk unggul, meningkatkan sistem produksinya, meningkatkan kualitas dan daya saingnya di pasar internasional
http://archive.bisnis.com/articles/nilai-monozukuri-dapat-diadopsi-ikm-berbasis-budaya
http://archive.bisnis.com/articles/nilai-monozukuri-dapat-diadopsi-ikm-berbasis-budaya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar